MANAJEMEN LAYANAN SISTEM INFORMASI

MANAJEMEN LAYANAN SISTEM INFORMASI
Dosen: Tiya Novianti

 
Disusun oleh:

Ariq Syach Alfikri Zani                      (10117963)
Josafat Arianus Jogi Leve                   (13117082)
Popo Alangsto Hutapea                      (16117915)
Reinal Agustivan Simbolon                (15117028)
Soewandi                                            (15117746)


UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER & TEKNOLOGI INFROMASI
SISTEM INFORMASI
2018/2019
Kata Pengantar

      Segala puji dan syukur kami kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunianya makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Makalah yang berjudul “Manajemen Layanan Sistem Informasi” ini untuk memenuhi tugas dari Dosen Bahasa Indonesia Bapak Tri Budiarta.
       Selama penyusunan makalah ini banyak kendala yang dihadapi, namun berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak semua kendala tersebut bias kami atasi. Pada kesempatan kali ini, kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya.
       Kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi yang kami sampaikan, untuk itu kami sangat menerima berbagai kritik dan saran dari berbagai pihak agar tercapainya kesempurnaan dari makalah ini.
       Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan bisa jadi sumbangan informasi dan pemikiran bagi yang membutuhkanya, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.


BAB I
PEMBAHASAN

1.1         Service Transition
a.    Konsep
Service transition adalah tahapan merealisasikan/mengimplementasikan hasil tahapan service design menjadi layanan baru atau modifikasi layanan sebelumnya.
Tujuan service transition adalah memastikan layanan baru/termodifikasi/retired services benar-benar memenuhi harapan bisnis seperti telah terdokumentasi dalam service strategy dan service design.
Perubahan (change) mencakup penambahan, modifikasi, atau penghilangan apapun yang dapat mempengaruhi layanan TI. Jenis-jenis perubahan, yaitu:
1.    Standard change
2.    Emergency change
3.    Normal change
Change Models merupakan urutan langkah-langkah standar yang sudah ditetapkan dan disetujui sebelumnya (predefined steps) untuk menjalankan sebuah perubahan dengan jenis tertentu (yakni standard change).
Request For Change (RFC) merupakan dokumen yang berisi deskripsi umum rencana perubahan besar atau sistem baru, disertai dengan business case dan jadwal implementasinya.
Change Advisory Board (CAB) merupakan sebuah tim/kelompok/lembaga yang berwenang memberikan autorisasi terhadap sebuah perubahan dam membantu change management dalam menilai dan melakukan prioritisasi perubahan yang akan dilakukan.
Configuration item (CI) merupakan komponen-komponen atau sebuah asset layanan yang perlu untuk dikelola dalam rangka penyediaan sebuah layanan TI.
Configuration Management System (CMS) merupakan sebuah software untuk mengakses dan menghubungkan data-data CI yang telah tersimpan di Configuration Management Databases (CMDBs).
Service Knowledge Management System (SKMS) merupakan sebuah tool (aplikasi) dan basis data sebagai tempat mengelola pengetahuan, informasi, dan data layanan TI.
Configuration Baseline merupakan standar konfigurasi sebuah asaet TI yang telah disetujui secara formal. Perubahan terhadap configuration baselin ini harus melalui prosedur standar perubahan, misalnya melalui dokumen request for change (RFC).
Snapshots merupakan potret atau catatan konfigurasi sebuah asset TI pada saat tertentu. Hasil sebuah evaluasi terhadap sebuah asset TI tertentu dan dibandingkan dengan configuration baseline.
Definitive Media Library (DML) adalah tempat atau lokasi dimana kita menyimpan semua software-software resmi/licensed beserta dokumen-dokumen resminya secara aman.
Release ialah satu atau lebih perubahan pada satu layanan TI yang dibangun, diuji, dan diimplementasiikan bersama-sama. Dapat juga mencakup aktivitas-aktivitas perubahan pada hardware, software dan komponen lainnya.
Release Policy merupakan sekumpulan aturan untuk melakukan deployment sebuah release ke lingkungan kerja sebenarnya, berisi pilihan-pilihan skenarion yang dipilih menyesuaikan dengan analisis urgency dann dampaknya. Umumnya dirumuskna dan disetujui oleh change manager, termasuk didalamnya pengelompokkan paket-paket release.
b.    Proses
Change Management adalah proses utam dalam service transition yang bertugas memastikan perubahan-perubahan TI telat tercatat, terevaluasi, terautorisasi, dan terimplementasi ke lingkungan kerja yang sebenarnya dengan penuh control.
Aktivitas-aktivitas proses change management:
1.    Membuat dan mencatat RFC
2.    Me-review RFC
3.    Menilai dan mengevaluasi perubahan
4.    Autorisasi implementasi perubahan
5.    Update rencana perubahan
6.    Koordinasi implementasi perubahan (pembangunan) dan pengujian
7.    Autorisasi penerapan perubahan pada lingkungan kerja sebenarnya
8.    Koordinasi chage deployment
9.    Mereview dan menutup catatan perubahan.
Service Asset and Configuration Management (SACM) merupakan proses mencatat, mendokumentasi, dan mengupdate informasi tentang berbagai service assets yang terkait layanan-layanan TI yang dikelola penyedia layanan.
Cakupan SACM ialah manajemen siklus hidup lengkap setiap CI, yakni setiap CI dapat telusuri sejak dari tahapan pembelian hingga pembuangan.
Aktivitas–aktivitas SACM:
1.    Manajemen dan perencanaan
2.    Identifikasi konfigurasi
3.    Kontrol konfigurasi
4.    Akuntansi dan pelaporan status asset
5.    Verifikasi dan audit
Release and Deployment Management adalah proses merencanakam, membuat time-table dan mengontrol pembangunan, pengujian, dan pengimplementasian sistem/perubahan baru yang dibutuhkan oleh bisnis dengan tetap melindungi integritas layanan-layanan yang sudah ada sebelumnya.
Aktivitas-aktivitas release and deployment management:
1.    Perencanaan
2.    Pembangunan dan pengujian paket release
3.    Deployment
4.    Early life support
5.    Review dan menutup akses
Knowledge Management yakni proses mengumpulkan, mendokumentasikan, menganalisis, membagi, menggunakan, dan mengupdate pengetahuan yang dibutuhkan dan diperoleh selama mengelola layanan TI  disemua tahapan siklus layanan TI.
Aktivitas – aktivitas knowledge management:
1.    Strategi manajemen pengetahuan
2.    Transfer pengetahuan
3.    Pengelolaan data, informasi dan pengetahuan
4.    Pengelolaan SKMS
Transition Planning and Support adalah kegiatan perencanaan dan dukungan untuk suatu transisi dari sistem/layanan lama ke sistem/layanan baru. Kegiatan transisi layanan sering dilakukan sebagai proyek atau merupakan bagian dari proyek-proyek lain sehingga membtuhkan koordinasi terhadap semua aktivitas-aktivitas yang ada.

1.2         Service Operation
a.    Konsep
Service operation ialah tahapan operasional layanan TI sehari-hari, termasuk melakukan aktivitas dukungan terhadap layanan TI untuk memastikan value layanan benar-benar dirasakan dan sesuai dengan harapan serta kebutuhan pengguna yang dilakukan secara berkala.
Service operation bertujuan untuk:
1.    Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan dan proses yang dibutuhkan untuk memberikan layanan TI kepada pengguna dan pelanggan, serta mengelola layanan memenuhi tingkat layanan yang telah disepakati.
2.    Mengelola teknologi yang digunakan untuk menghasilkan dan mendukung layanan TI. Seperti bagaimana memahami dan mengelola komponen-komponen teknologi seperti server, mainframe, jaringan komputer, komunikasi, basis data, media penyimpanan, sistem desktop, dan aplikasi software. Peran penting dari tahapan service operation ialah adanya suatu hal yang menjalankan suatu proses supaya bisnis berjalan dengan lancar (terukur atau hanya biasa saja) dan menyeimbangkan konflik antar aspek (keseimbangan dari semua aspek; Bisnis & TI, Cost & Quality). 
Event ialah sebuah perubahan keadaan pada infrasturktur TI yang memiliki nilai penting bagi manajemen layanan TI atau configuration item TI, berupa pesan atau tampilan yang dihasilkan oleh layanan, configuration item atau alat monitoring.
Jenis–jenis event:
1.    Informasi (information) merupakan sebuah event yang normal terjadi sehingga tidak memerlukan tindakan apapun, misalnya seseorang yang login ke suatu sistem.
2.    Peringatan (warning) merupakan sebuah event yang berada diambang batas normal dengan adanya sebuah peringatan yang nantinya memerlukan sebuah respon tindakan yang diperlukan atau tidak untuk mencegah potensi kegagalan. Contohnya adanya peringatan bahwa volume disk hanya tersisa 5% dari maksimum kapasitas yang diijinkan.
3.    Ketidak-wajaran (Exception) merupakan sebuah event yang menginformasikan bahwa sebuah layanan atau komponen berjalan tidak sewajarnya (abnormal) dan membutuhkankan respon tindakan, seperti kecepatan akses internet yang sangat lambat.
Incident adalah kejadian interupsi sebuah layanan yang tidak terencana (tidak diharapkan) atau penurunan kualitas sebuah layanan TI sedangkan problem ialah akar (sumber, penyebab) dari satu atau lebih incident.
Contoh: sakit kepala yang merupakan gejala yang menginterupsi tubuh kita (incident) dan menjadi penyebab berbagai sumber penyakit seperti tekanan darah tinggi atau kolesterol tinggi (problem).

Impact, Urgency, dan Priority
Impact
Urgency
Priority
Seberapa besar potensi kerugian yang ditimbulkan atau seberapa banyak jumalah pengguna terkena dampak dari sebuah incident, problem atau change pada proses-proses bisnis.
Yang umumnya diukur berdasarkan seberapa pemenuhan target/standar tingkat layanan TI (Service levels) akan terpengaruh.
Seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian atau penanganan dari incident, problem, atau change yang memiliki dampak signifikasi pada bisnis.
Misalnya sebuah incident yang memiliki impact tinggi namun urgencynya rendah. Seperti down/error sebuah aplikasi akademik mahasiswa, secara impact berdampak tinggi  pada mahasiswa, namun urgencynya tidak begitu berpengaruh pada bisnis karena belum efektifnya perkuliahan hingga semester baru dimulai.
Sebuah kategori yang digunakan untuk menentukan nilai penting sebuah incident, problem, atau change.
Priority diukur berdasarkan impact dan urgency, dan digunakan untuk menentukan seberapa cepat sebuah tindakan respon harus segera diambil.
Contohnya: dalam sebuah dokumen SLA* dinyatakan bahwa sebuah incident “prioritas 2” harus diatasi dalam waktu 12 jam sejak laporan masuk.

*SLA (Service Level Agreements) : kesepakatan penyedia layanan TI dan pelanggan (eksternal). Berisi informasi tentang layanan TI, dokumentasi target tingkat layanan, dan tanggung jawab antara penyedia layanan TI dan pelanggan.

Major Incident, Timescale, dan Incident Model
Major Incident ialah Kategori tertinggi sebuah incident, yang memiliki karakteristik:
a.    Incident yang memiliki dampak besar pada bisnis.
b.    Memiliki urgensi tinggi.
c.    Penyebab telah diketahui tetapi belum ada panduan solusi atau workaround.
Perusahaan harus mendefinisikan indikator major incident (misal jika kejadian berdampak pada minimal 5.000 pengguna) dan membuat prosedur penangan khususnya, baik dalam hal timescale (umumnya timescale lebih pendek) maupun staf yang menanganinya. Seringkali beberapa incident yang memiliki prioritas rendah namun berdampak tinggi bagi perusahaan menggunakan major incidents ini.
Timescale ialah Target waktu respon dan penyelesaian sebuah incident sesuai yang ditulis di dokumen SLA.
Incident Model adalah sebuah prosedur standar aktivitas dan timescale telah ditetapkan sebelumnya) yang dibuat untuk menangani incident “standar” atau “special”.
Informasi yang harus ada dalam incident model mencakup:
a.    Tindakan-tindakan yang harus diambil untuk menangani incident
b.    Urutan tindakan
c.    Penanggung-jawab
d.    Timescales
e.    Prosedur eskalasi
f.     Workaround, Known Error, dan Known Error Database (KEDB)
Workaround merupakan tindakan standar (terdokumentasi) untuk mengurangi dampak buruk dari sebuah incident atau problem yang belum diketahui solusi tuntasnya.
Known Error adalah sebuah masalah (problem) yang telah diketahui dan terdokumentasi akar masalahnya, gejala-gejala incident yang terkait, solusi standarnya atau langkah meminimalisasi dampak buruknya apabila solusi totalnya belum diketahui (workaround-nya).
Known Error Database (KEDB) ialah basis data known error yang akan digunakan oleh service desk dan staff pendukung lainnya untuk melakukan incident management dan workaround.
Escalation adalah tindakan meneruskan laporan dan penanganan incident yang belum terselesaikan ke function lain di perusahaan untuk memperoleh dukungan lebih lanjut.
Ada 2 macam eskalasi:
1.    Functional escalation artinya meneruskan penanganan sebuah incident ke tim pendukung atau second level support.
2.    Hierarchical escalation artinya meneruskan/mengkomunikasikan  informasi incident yang belum terselesaikan ke manajemen bisnis diatasnya (seperti manajer) untuk dicari solusinya.  
Service Request, Request Model, dan Self-Help Technology
Service Request yakni permintaan pengguna tentang informasi tertentu, pertanyan atau permintaan saran, perubahan yang bersifat standar (standard change), atau akses ke suatu layanan TI. Permintaan layananan ini umumnya ditangani oleh service desk* tanpa perlu membuat/mengirimkan RFC.
*service desk (help desk, support desk, atau IT service center) adalah sebuah unit (function) dalam organisasi yang berfungsi sebagai gerbang komunikasi (single point of contact atau SPOC) antara penyedia layanan dengan pengguna. 
Request Model yakni standar prosedur (SOP) untuk menangani tipe-tipe permintaan tertentu yangrutin terjadi.
Self-Help Technology adalah teknologi berbasis web yang membantu permintaan pengguna. Umumnya dalam bentuk formulir online yang mengharuskan pengguna untuk login ke sistem terlebih dahulu.
Access Request, Identity, Privileges
Access Request merupakan permintaan akses layanan, dapat berupa permintaan layanan standar atau RFC.
Identity yakni informasi unik dari setiap pengguna, yang menjelaskan status pengguna didalam organisasi dan sekaligus menentukan hak akses dia terhadap sistem layanan TI. Contoh: sidik jari.
Privileges yakni hak akses seseorang/grup pengguna ke satu/kelompok layanan IT. Misalnya: sistem kepegawaian hanya bagian HRD sebagai administratornya, sedangkan bagian keuangan hanya mengelola penggajian dari kinerja atau tingkat kehadiran seluruh karyawan.
b.    Proses
Event Management dasar untuk memantau kinerja dan ketersediaan layanan, tepat sasaran dan mekanisme untuk memantau apa yang harus ditentukan dan disepakati selama proses ketersediaan dan Kapasitas manajemen berlangsung.
Event Management tools ialah sebuah aplikasi yang mengautomatisasi aktivitas-aktivitas dalamEvent Management.
Tujuan Event Management ialah mengelola event, yang mencakup:
1.    Mendteksi Event (“Apa yang terjadi?”)
2.    Menganalisis Event: mengklasifikasikan jenis Event, penting/tidak? (“Apa artinya?”)
3.    Menentukan tindakan yang paling tepat dan sesuai dengan Event yang sedang terjadi tersebut: mencatatnya/log, mengabaikannya, menyampaikan peringatan kepada orang lain, atau menindaklanjuti dengan tindakan Incident Management, Problem Management, atau Change Management. (“Apa yang harusdilakukan?”)
Aktivitas-aktivitas pada Event Management:
1.    Event Notification, Event Detection, Event Logging
Event Notification adalah aktivitas menentukan “pesan” apa yang kita ingin hasilkan dan informasi apa yang terdapat didalan pesan tersebut.
Event Detection adalah menentukan jenis notifikasi mana yang ingin dideteksi dan dikenali oleh tools dan menentukan apakah event akan di catat di log/tidak dan bagaimana pencatatannya.
Event Logging adalah mencatat data di dalam tools yang mendeteksi event tersebut atau menghasilkan rekaman event dalam event-logging tool tertentu.
2.    Event Filtered dan Event Correlation
Event Filtered ialah aktivitas yang mengklasifikasi sebuah Event sebagai sebuah informasi, peringatan atau ketidakwajaran dan memutuskan tindakan apa yang akan diambil dari event tersebut. 
Event Correlation mengambil kesimpulan dari event yang terjadi berulang-ulang sehingga dipahami dampak akumulasinya.
3.    Response selection menentukan jenis respon untuk setiap kemungkinan event, yaitu:
a.    Auto Response mengatur sebuah peralatan melakukan respon otomatis tertentu khususuntuk sebuah event.
b.    Alert merupakan sistem akan secara otomatis menghasilkan dan mengirimkan informasi peringatan untuk menarik perhatian.
c.    Incident, problem, dan change ialah sistem mampu secara otomatis menghasilkan laporan/permintaan untuk proses Incident Management, Problem Management, atau Change Management sesuai kriteria-kriteria tersebut. Namun, untuk melaksanakan proses ini, perlu persetujuan dari manajemen.    
4.    Review Action dan Close Event adalah me-review penanganan sebuah event perlu dilakukan untuk memastikan bahwa langkah yang tepat telah diambil. Jika review penanganan tersebut sudah tepat, maka aktivitas event dapat dikatakan selesai/ditutup.
Contoh: event-event informasi otomatis selesai manakala telah tercatat (ter-log).
Incident Management yaitu mengembalikan layanan yang bermasalah agar berfungsi seperti sedia kala.
Aktivitas-aktivitas pada incident management:
1.    identifikasi incident dan logging merupakan aktivitas menemukan/mengenali sebuah incident.
2.    kategorisasi incident merupakan incident yang dicatat selanjutnya dikategorisasikan dnegan kode kategori incident.
3.    Prioritisasi incident menentukan prioritas penanganan sebuah incident yang telah dicatat dan dikategorisasi, secara teknis dengan memberi kode prioritas incident.
Priority code
Description
Target Resolution Time
1
Critical
1 hour
2
High
8 hour
3
Medium
24 hour
4
Low
48 hour
5
Planning
Planned

4.    Diagnosis Awal adalah service Desk akan berupaya untuk menyelesaikan incident terlebih dahulu sebelum diteruskan kepada tim teknis.
5.    Investigasi dan diagnosis adalah penyelesaian masalah dan pemulihan kondisi layanan (resolution and recovery), tindakan pengembalian layanan harus dipastikan benar-benar tuntas dan catatan incident harus di update.
6.    Penutupan incident: setelah incident diatasi, staf service desk harus menginformasikan kepada pengguna bahwa masalah telah teratasi dan memastikan pengguna puas dengan penanganan (misalnya dengan survei) dan setuju laporan incident ditutup.
Problem Management yakni proses menganalisis dan myelesaikan akar penyebab incident.
Reactive Problem Management merupakan tindakan mencari akar permasalahan dan menyelesaikan dipicu oleh sebuah/lebih kejadian (atau sebagai reaksi dari) incident.
Proactive Problem Management merupakan tindakan mencari dan menyelesaikan akar sebuah masalah tanpa menunggu incident terjadi.
Aktivitas-aktivitas dalam problem management mirip dengan aktivitas dari incident management, yang biasanya dilakukan secara periodik/terjadwal (misal sebulan sekali atau tiga bulan sekali).
Langkah-langkah problem management:
a.    Problem detection and problem logging diawali dengan aktivitas mengenali (detection) dan mencatat penyebab masalah (problem).
b.    Problem categorization and prioritization setiap problem dikategorisasi dan ditentukan dengan prioritasnya.
c.    Problem investigation and diagnosis ialah tim teknis dapat juga bekerja sama dengan supplier, melakukan sebuah investigasi menemukan akar permasalahan layanan TI tertentu dan pilihan-pilihan solusinya.
d.    Mencatat sebuah known error dan disimpan ke known error database (KEDB).
e.    Problem resolution berdasarkan hasil problem investigation and diagnosis, selanjutnya pilihan solusi atau workaround diaplikasikan untuk menyelesaikan problem.
f.     Problem closure artinya ketika sebuah permasalahan telah selesai diatasi dan catatan known error juga telah dibuat, lalu diberistatus selesai dan ditutup.
g.    Major problem reviews dibuat khusus untuk permasalahan-permasalahan yang memiliki dampak besar bagi bisnis.
Request Fulfillment yakni proses memenuhi permintaan pengguna layanan TI, diluar laporan terkaitdengan incident TI.
Service desk bertugas memilah panggilan/laporan yang masuk apakah sebagai sebuah laporan incident, permintaan akses, atau permintaan lainnya.
Aktivitas-aktivitas dalam request fulfillment
1.    Receive, request, request logging dan validation.
2.    Request categorization, request prioritization.
3.    Request authorization.
4.    Request review, request model execution.
5.    Request closure.
Access Management yakni proses pengelolaan hak akses pengguna ke sistem layanan TI.
Aktivitas-aktivitas dalam access management:
1.    Permintaan akses
2.    Verifikasi
3.    Menyediakan hak akses
4.    Memonitor status identitas, mencabut, membatasi hak akses
5.    Pencatatan dan penelusuran aktivitas akses

1.3         Continual Service Improvement
Continual Service Improvement (CSI) bertanggung jawab untuk memastikan bahwa perbaikan ini diidentifikasi dan diimplementasikan. Kinerja penyedia layanan TI terus diukur dan perbaikan dilakukan pada proses, layanan TI dan infrastruktur TI untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan efektivitas biaya.
Continual Service Improvement (CSI) bertujuan untuk memberikan nilai bisnis dengan memastikan bahwa penerapan manajemen layanan terus memberikan manfaat bisnis yang diinginkan.
Tujuan continual service improvement sebagai berikut:
1.    Untuk meninjau, menganalisis, dan membuat rekomendasi tentang di mana perbaikan dapat dilakukan pada titik mana pun sepanjang siklus hidup.
2.    Untuk meninjau dan menganalisis pencapaian tingkat layanan terhadap target.
3.     Untuk mengidentifikasi dan mengimplementasikan kegiatan individu untuk meningkatkan kualitas layanan dan efisiensi dan efektivitas proses manajemen layanan.
4.    Untuk meningkatkan efektivitas biaya pengiriman layanan TI tanpa mempengaruhi kepuasan pelanggan.
5.    Menerapkan metode manajemen mutu untuk mendukung peningkatan berkelanjutan.
Cakupan dari CSI berlaku di semua tahap siklus hidup layanan dan tiga bidang utama:
a.    Kesehatan keseluruhan manajemen layanan sebagai suatu disiplin.
b.    Keselarasan berkesinambungan dari portofolio layanan dengan kebutuhan bisnis saat ini dan masa depan.
c.    Kematangan proses TI yang memungkinkan.
Nilai untuk bisnis CSI mengakui bahwa nilai yang diberikan TI untuk bisnis dapat direalisasikan dan diukur dengan cara yang berbeda:
a.    Improvement: Hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
b.    Benefits: Keuntungan yang dicapai melalui perbaikan yang diterapkan.
c.    Return on Investment (ROI): Perbedaan antara manfaat yang direalisasikan dan biaya pencapaiannya.
d.    Value on Investment (VOI): Nilai ekstra yang diciptakan oleh peningkatan termasuk manfaat dan hasil non-moneter.
ITIL merekomendasikan agar daftar CSI disimpan untuk mencatat peluang peningkatan dan mengelompokkannya menjadi kecil, menengah dan besar. Waktu yang diharapkan untuk menerapkan setiap peluang bersama dengan manfaat yang diantisipasi dan terukur juga harus ditunjukkan.

1.4         Financial Management For IT Services
Manajemen Keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.
Penjelasan singkat masing-masing fungsi manajemen keuangan:
1.      Perencanaan euangan membuat rencana pemasukan dan pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu.
2.      Penganggaran keuangan tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan.
3.      Pengelolaan keuangan menggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara.
4.      Pencarian keuangan mencari dana mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan perusahaan.
5.      Penyimpanan keuangan mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dana tersebut dengan aman.
6.      Pengendalian keuangan melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada perusahaan.
7.      Pemeriksaan keuangan melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.
Tugas pokok manajemen keuangann.
Tugas-tugas dasar yang diemban oleh seorang manajer keuangan secara umum adalah:
1.      Mendapatkan dana perusahaan
2.      Menggunakan dana perusahaan
3.      Membagi keuntungan atau laba perusahaan
Tujuan manajemn keuangan adalah dengan adanya manajer keuangan untuk mengeloka dana perusahaan pada suatu perusahaan secara umum adalah untuk memaksimalisasi nilai perusahaan. Dengan demikian apabila suatu saat perusahaan dijual maka harganya dapat ditetapkan setinggi mungkin.

1.5         Demand Management
Manajemen Permintaan adalah modul gerbang dalam sistem MPC, menyediakan link ke pasar, SOP dan MPS. Komunikasi antara DM dan pasar adalah komunikasi dua arah antara pengumpulan informasi dari pelanggan & menginformasikan status pesanan pelanggan.
Informasi yang diberikan kepada SOP digunakan untuk mengembangkan penjualan dan rencana operasi meliputi satu tahun atau lebih dalam durasi pada tingkat tinggi agregasi. Urutan kedua penjualan dan perkiraan informasi diberikan kepada sistem MPS. Hal ini dalam sistem MPS yang jangka pendek, rencana produk manufaktur yang spesifik dikembangkan & dikendalikan sebagai permintaan aktual menjadi tersedia dan informasi tersedia untuk memberikan janji pengiriman dan status pesanan kepada pelanggan.
Perencanaan dan Pengendalian
Bagian perencanaan dari perencanaan manufaktur dan kontrol melibatkan penentuan kapasitas yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan masa depan yang sebenarnya. Bagian kontrol menentukan bagaimana kapasitas akan dikonversi menjadi produk sebagai pesanan masuk. Perusahaan mengeksekusi rencana sebagai informasi permintaan aktual yang telah tersedia. Fungsi kontrol menentukan bagaimana perusahaan akan memodifikasi titik terang kesalahan perkiraan dari rencana dan perubahan dalam asumsi lainnya.
Forecast dan Rencana
Perbedaan antara pola permintaan dan respon oleh perusahaan menunjukkan perbedaan penting antara proyeksi dan rencana. Dalam manajemen permintaan, perkiraan jumlah & waktu permintaan pelanggan dikembangkan. Ini adalah perkiraan apa yang mungkin terjadi di pasar. Manufaktur rencana yang menentukan bagaimana perusahaan akan merespon didasarkan pada ramalan-ramalan tersebut.
Demand Management and the MPC Environment
Aktivitas manajemen permintaan harus sesuai dengan strategi perusahaan, capabilitas dari manufaktur, dan kebutuhan konsumen. kunci untuk klasifikasi ini adalah konsep customer order decoupling point atau, yang biasa disebut the order penetration point. customer order decoupling point dapat dilihat sebagai poin dimana permintaan berubah dari independen menjadi dependen. Ini poin dimana perusahaan menjadi bertanggung jawab dalam menentukan waktu dan kuantitas material yang dibeli, dibuat, atau diselesaikan. Perbedaan lokasi customer order decoupling point menimbulkan perbedaan kategori lingkungan manufaktur.
Make-to-stock (MTS) Environment.
Di dalam MTS environment, kunci fokus aktivitas manajemen permintaan adalah pada pemeliharaan persediaan barang jadi. Di lingkungan ini, ketika konsumen membeli langsung dari persediaan yang tersedia, pelayanan pelanggan ditentukan dengan apakah jumlah mereka di dalam stok atau tidak.
Aspek kunci dari manajemen persediaan barang jadi adalah penentuan kapan, berapa banyak, dan bagaimana mengisi kembali stok di lokasi spesifik. Ini adalah perhatian distribusi fisik di dalam manajemen permintaan. Beberapa perusahaan MTS mempekerjakan perencana gudang, pusat distribusi, gudang lokal, dan bahkan vendor-managed inventory didalam lokasi konsumen mereka. Manajemen dari rantai pasokan memerlukan informasi dalam status persediaan di dalam berbagai lokasi, hubungan dengan penyedia transportasi, dan mengestimasikan permintaan konsumen berdasarkan lokasi dan jumlah.
Banyak perusahaan MTS berinvestasi dalam program lean manufacturing dalam permintaan untuk menggeser trade-off, dll untuk mencapai level layanan yang lebih tinggi untuk pemberian investasi persediaan. Tanpa memperhatikan bagaimana trade-off keluar, fokus manajemen permintaan di dalam lingkungan MTS adalah dalam menyediakan barang jadi dimana dan kapan konsumen menginginkannya.
Contohnya yaitu perusahaan mie instan seperti Indomie. Perusahaan ini terus menerus melakukan proses produksi agar tetap memiliki persediaan kapanpun dan dimanapun konsumen membutuhkannya. Produksi dilakukan secara masal dalam jumlah yang besar. Kemudian produk-produk mie instan tersebut didistribusikan ke seluruh lokasi sehingga ketika konsumen menginginkannya, mereka akan mendapatkan produk tersebut dengan mudah.
Assemble-to-order (ATO) Environment
Dalam lingkungan assemble-to-order, tugas utama manajemen permintaan adalah untuk menetapkan pesanan konsumen di dalam komponen alternatif dan pilihan. Itu penting untuk memastikan bahwa mereka dapat dikombinasikan kedalam produk yang dapat terus berjalan di dalam proses yang dikenal sebagai configuration management. satu dari kapabilitas yang diperlukan untuk sukses dalam lingkungan ATO adalah rekayasa desain yang dapat fleksibel di dalam mengkombinasikan komponen, pilihan, dan modul kedalam barang jadi yang memungkinkan.
Contoh industri yang menerapkan sistem produksi ini adalah industri komputer, misalnya toko-toko ritel di Hi-Tech Mall. Mereka memiliki persediaan bahan baku untuk merakit sebuah komputer. Akan tetapi, perakitan dari komponen-komponen komputer tersebut baru akan dilakukan apabila ada permintaan dan perakitan tersebut disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan konsumen.
Make (Engineer)-to-order (MTO) Environment
Di dalam lingkungan make-to-order dan engineer-to-order, ada sumber daya lain yang diperlukan untuk diambil kedalam akun yaitu engineering (keahlian teknik). Perpindahan customer order decoupling point ke bahan mentah atau bahkan pemasok menaruh informasi permintaan independen lebih lanjut ke dalam perusahaan dan menurunkan cakupan informasi permintaan dependen. Oleh karena itu, yang diperlukan untuk mendapatkan spesifikasi produk dari konsumen dan mengartikannya kedalam istilah manufaktur di dalam perusahaan. Ini berarti bahwa tugas manajemen permintaan di dalam lingkungan ini adalah untuk mengkoordikasikan informasi dalam produk yang dibutuhkan konsumen dengan keahlian teknik.
Kebutuhan untuk sumber daya keahlian teknik di dalam kasus engineer-to-order sedikit berbeda dengan di dalam kasus make-to-order. Di dalam lingkungan make-to-order, keahlian teknik menentukan material apa yang akan diperlukan, langkah apa yang akan diperlukan di dalam manufaktur, dan biaya yang dilibatkan. Material dapat datang dari persediaan perusahaan atau dibeli dari pemasok. Di dalam lingkungan engineering-to-order, kebanyakan informasi yang sama ini diperlukan dari konsumen, meskipun kebanyakan detail desain mungkin ditinggalkan untuk teknisi dari pada konsumen. karena kebutuhansumber daya keahlian teknis di dalam lingkungan ini, tugas peramalan manajemen permintaan sekarang termasuk menentukan berapa banyak kapasitas keahlian teknis yang akan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber :Susanto, Tony.D.2016.Manajemen Layanan Teknologi Informasi.Surabaya;Asosiasi Sistem Informasi Indonesia (AISINDO) 


Comments

Popular posts from this blog

Boruto

Fitur Animasi di S/W